Socrates, Plato, dan Aristoteles? Ya, teman-teman
pasti sudah bosan mendengar filsuf asal Negeri Dewa ini. Rene Descartes asal
perancis dan John Locke dengan teori ‘tabula rasanya’. Bagaimana dengan filsuf
yang ide-idenya banyak diadaptasi di dunia kedokteran, politik, agama, dan
falsafah seperti Ibnu Sina? Yup, merekalah orang-orang yang banyak
menyumbangkan karya abadi pikiran mereka di cakrawala ilmu pengetahuan di dunia
ini.
Eitssss,
jangan lupa Psychofren juga punya sosok
filsuf tersebut. Walaupun karya-karya pemikirannya belum berlabuh keseluruh
penjuru dunia namun kami (baca; angk. Psychofren) telah banyak mendapatkan
manfaat dari pada kemampuannya berdialektika. Ia biasa dipanggil ‘kanda’ oleh
teman-temannya, bukan hal berlebihan memanggilnya seperti itu. Hal ini
dikarenakan pembawaannya yang dewasa, murah senyum, penyabar dan rendah hati.
Ditambah kemampuannya dalam beretorika serta cakap sosial yang menjadi salah
satu faktor mengapa ia dijuluki “the philosof
of psychofren”.
Disamping mengajarkan nilai-nilai
hidup yang banyak ia pelajari dari neneknya, ia juga melakukan pendekatan
interpersonal serta kata-kata motivasi banyak terlontar dari mulutnya tanpa ia
sadari. Kadang apa yang ia katakan itu terlihat biasa bagi dirinya, namun
terasa luar biasa bagi teman-teman psychofren lainnya. Ya, tapi seperti itulah
sosok Hamzah. Bakat filsufnya mulai
terlihat ketika masih berstatus Mahasiswa Baru.
Sosok yang menghabiskan masa kecilnya
ini disebuah desa terpencil di Kab. Maros ini mulai meniti karirnya dalam
memaknai hakikat hidup ini secara perlahan tapi pasti hingga SMA. Nampaklah
bakat dan kemampuannya terlihat ketika berstatus Agent of change – Sosial Control – social control (alias
Mahasiswa).
“masalah itu gampang dibuat bro, tapi untuk
menyelesaikannya itu yang susah” ungkap Kanda Hamzah ketika bertemu dengan
penulis.
-------------
Bercita-cita menjadi kepala desa. Salah satu hal yang
menjadi daya pikat tersendiri sosok Kanda Hamzah. Konsep berpikir “Out of the Box” membuatnya berbeda
dengan pemuda lainnya. Ketika pemuda lainnya berlomba-lomba dengan gemelut
materialistik tanpa memperhatikan kearifan lokal. Ia dengan alasan yang cukup
mulia yaitu memajukan desa tersebut sebagai pengabdiannya kepada masyarakat.
Dengan Visi Misi ‘Desa berpenghasilan Kota’ menjadi batu loncatan tersendiri
bagi majunya peradaban sebuah desa yang tertinggal.
Bukan Filsuf Biasa, yuppp! Seperti itulah filsuf asal
angkatan ter-Eksis sejagad Psychofren.
Suatu kebanggan tersendiri bagi angkatan tersebut memiliki ‘kanda’
Hamzah. Hidup Hamzah, tersenyumlah dunia !!!.(mdb)
0 komentar:
Posting Komentar