Amir saat di Bantaeng (baca cerita part III -saat amir mencari kebenaran-) |
Pada cerita sebelumnya Amir berada di salon, dia heran kenapa dia bisa nyasar di salon padahal tadi dia mau ke rumah Acil. Lagi-lagi dia penasaran dan ingin mencari kebenaran tentang keberadaannya di salon, setelah dia selidiki dengan menggunakan google map (mana bisa ??). Dia hanya menyelidikinya dengan menggunakan hidung (kayak anjing pelacak), ternyata eh ternyata dia berada di salon karena melihat motor Acil lagi nongkrong depan salon tersebut. Kemudian dia kembali mengetok pintu dan ingin memastikan apakah Acil ada dalam salon itu, setelah dia mengetuknya keluarlah seseorang lelaki bertubuh tinggi kekar (mungkin dia pengelola salon) Amir pun berbincang-bincang dengan lelaki tersebut
Amir : Pak... Saya mau bertanaya, boleh kan boleh yah yah yah boleh boleh (nampaknya Amir naksir dengan cowok tersebut -ndalah, Amir bukan homo-)..
Laki-laki : (dengan suara lembut) Jangan panggil bapak, panggil saja Mas Acil.
Amir : hahaha.. jadi ini kamu Acil ? nda nyangka, kamu..
Acil : Ahhh.. kamu jangan bilang-bilang ma siapa-siapa yahh ciin !!
Amir : iyya iyyya, tapi gaya loh bagus juga.
Acil : ihh yaiyyaaa boo' cuccoo'kan ??
Amir : iyyah iyyah !!
Acil : bay the way, kamu ke sini untuk apa ??
Amir : begini, aku mau nunjukin sesuatu ma kamu, tapi kamu jangan kayak victor dan yani mereka tidak menghargai diriku.
Acil : (dalam hati) Amir mau dihargai ?? ccuiiihh .
Amir : kok diem ? ya sudah kalau gitu tidak usah dilihat (wahh nampaknya Amir ngambek)
Setelah bercakap, Amir merasa lagi-lagi tidak dihargaimemang pantas kok, dia sangat kecewa dia pun pergi ke rumah Fahrul (spesies baru -Fahrul, Nama lengkap : Fahrul Syarif, salah satu anggota dari angkatan Psikologi UNM 2011 (Psychofren), hobi : tidur, cita-cita : ingin jadi pengusaha terhina di Indonesia, Motto : Jangan sapai kuliah mengganggu tidurku-). yah, Amir menuju rumah Fahrul yang di palopo, dia bertanya kepada orang tua fahrul. "om tante, rumah fahrul di mana yah ?", Orang tua Fahrul diam dan kayaknya memanggil satpam. sebelum satpamnya datang, Amir sudah menghilang. (ternyata satpamnya bawa-bawa anjing).
Hari kedua, Amir lagi-lagi ke palopo dengan rasa percaya diri untuk memperliahatkan pamflet yang terpopulerterhina di Makassar. Setibanya di palopo, Amir lagi-lagi bertanya kepada orang tua Fahrul, tapi dengan pertanyaan yang berbeda dia sudah mempersiapkan pertanyaan itu sejak zaman phaleolitikum (nda lah), maksudnya dia sudah mempersiapkan pertanyaan itu sematang-matangnya
Amir : tante om, Fahrulnya ada ?
Mama fahrul : oh iyah dia ada.
Amir : dia dimana ?
Mama : Dia di gudang
Amir : kok di gudang ?
Mama : memang dia tinggal di gudang.
Amir : (dengan rasa sok tahu) wah, ibu tidak boleh begitu, fahrul tetap anak ibu, jangan simpan fahrul di gudang
Mama : maksud kamu apa ?? Fahrul itu nama beruang saya.
Amir : lohh, ini di mana sih ??
Mama : ini di rumah sakit bersalin (tidak-tidak) ini di kebun binatang (orang tua Fahrul harus berbohong, karena dia takut kalau Amir datang untuk melamar Fahrul )padahal saya sebagai penulis tidak melihat tanda-tanda ke-homo-an dari Amir
Amir pun pulang dengan penuh rasa kecewa, di perjalanan Amir masih kecewa sampai-sampai dia sadar kalau dia salah jalan, dia melihat tugu perbatasan yang bacanya "selamat datang di kota Manado" ngekk
Bersambung....
Cerita selanjutnya
Amir Bukan Manusia Biasa (part V)
Laki-laki : (dengan suara lembut) Jangan panggil bapak, panggil saja Mas Acil.
Amir : hahaha.. jadi ini kamu Acil ? nda nyangka, kamu..
Acil : Ahhh.. kamu jangan bilang-bilang ma siapa-siapa yahh ciin !!
Amir : iyya iyyya, tapi gaya loh bagus juga.
Acil : ihh yaiyyaaa boo' cuccoo'kan ??
Amir : iyyah iyyah !!
Acil : bay the way, kamu ke sini untuk apa ??
Amir : begini, aku mau nunjukin sesuatu ma kamu, tapi kamu jangan kayak victor dan yani mereka tidak menghargai diriku.
Acil : (dalam hati) Amir mau dihargai ?? ccuiiihh .
Amir : kok diem ? ya sudah kalau gitu tidak usah dilihat (wahh nampaknya Amir ngambek)
Setelah bercakap, Amir merasa lagi-lagi tidak dihargai
Hari kedua, Amir lagi-lagi ke palopo dengan rasa percaya diri untuk memperliahatkan pamflet yang terpopuler
Amir : tante om, Fahrulnya ada ?
Mama fahrul : oh iyah dia ada.
Amir : dia dimana ?
Mama : Dia di gudang
Amir : kok di gudang ?
Mama : memang dia tinggal di gudang.
Amir : (dengan rasa sok tahu) wah, ibu tidak boleh begitu, fahrul tetap anak ibu, jangan simpan fahrul di gudang
Mama : maksud kamu apa ?? Fahrul itu nama beruang saya.
Amir : lohh, ini di mana sih ??
Mama : ini di rumah sakit bersalin (tidak-tidak) ini di kebun binatang (orang tua Fahrul harus berbohong, karena dia takut kalau Amir datang untuk melamar Fahrul )
Amir pun pulang dengan penuh rasa kecewa, di perjalanan Amir masih kecewa sampai-sampai dia sadar kalau dia salah jalan, dia melihat tugu perbatasan yang bacanya "selamat datang di kota Manado" ngekk
Bersambung....
Cerita selanjutnya
Amir Bukan Manusia Biasa (part V)
0 komentar:
Posting Komentar