Let me free guys :) |
cerita sebelumnya
Amir Bukan Manusia Biasa (part X)
Oke, pada part ini pertama-tama saya sebagai penulis minta maaf atas segala ucapan atau kata-kata pada cerita sebelumnya yang sangat memilukan #yaelah. Baiklah, mau sedikit bercerita tentang Amir yang sejak zaman batu kapur sampai zaman batu nisan tidak pernah mau berubah. Selalu saja begitu, selalu berak celana #eh. tidak, tidak. Selalu telat kuliah malas kerja tugas dan selalu menjadi bahan kekejaman teman-temannya. Tapi terkadang sih juga kami para temannya yang kejam merasa iba melihat ketidakberdayaan seorang Amir yang menanggapi semua ini dengan enjoy tanpa melakukan serangan balasan. Kami para teman-teman kejamnya pun sering menanyakan bagaimana tugasnya mau dibantu tidak. hihi ternyata kalian para penindas peduli juga yah sama Amir. Bagaimana tidak mereka sering meminta untu ditraktir oleh Amir, mungkin traktiran itu membuka pikiran mereka untuk berbuat baik dengan Amir.
Aku mengerti bagaimana rasanya mejadi orang yang tertindas. Bagaimana rasanya ketika tidak berdaya di depan orang banyak, dan akhirnya suatu ketika di rumah Dhanu. Hari itu agak hujan, aku bersama Dhanu membuat konseling kecil-kecilan untuk Amir. Aku sebagai konselor, Dhanu sebagai observer dan Amir sebagai konselee. Semua ilmu yang didapatkan pada mata kuliah dasar-dasar konseling dan dasar-dasar intervensi diterapkan di sini. Amir dengan antusiasnya mengikuti konseling kecil-kecilan ini. Aku mulai bertanya mengapa engkau begini, mengapa engkau berubah #eh. Amir menjawab dengan ragu-ragu "eee anu eee begini..." dst. Setelah melihat beberapa gejala yang ada pada Amir, ternyata Amir tidak bisa fokus terhadap sesuatu, skala prioritasnya yang terbalik-balik, hingga pada inisiatif yang berlebihan.
Hingga pada saat itu saya dan Dhanu berjanji untuk menjaga dan membuat Amir berubah menjadi Amirul Haq yang rajin, penuh karismatik dan terbebas dari penindasan :)
Bersambung...
Oke, pada part ini pertama-tama saya sebagai penulis minta maaf atas segala ucapan atau kata-kata pada cerita sebelumnya yang sangat memilukan #yaelah. Baiklah, mau sedikit bercerita tentang Amir yang sejak zaman batu kapur sampai zaman batu nisan tidak pernah mau berubah. Selalu saja begitu, selalu berak celana #eh. tidak, tidak. Selalu telat kuliah malas kerja tugas dan selalu menjadi bahan kekejaman teman-temannya. Tapi terkadang sih juga kami para temannya yang kejam merasa iba melihat ketidakberdayaan seorang Amir yang menanggapi semua ini dengan enjoy tanpa melakukan serangan balasan. Kami para teman-teman kejamnya pun sering menanyakan bagaimana tugasnya mau dibantu tidak. hihi ternyata kalian para penindas peduli juga yah sama Amir. Bagaimana tidak mereka sering meminta untu ditraktir oleh Amir, mungkin traktiran itu membuka pikiran mereka untuk berbuat baik dengan Amir.
Aku mengerti bagaimana rasanya mejadi orang yang tertindas. Bagaimana rasanya ketika tidak berdaya di depan orang banyak, dan akhirnya suatu ketika di rumah Dhanu. Hari itu agak hujan, aku bersama Dhanu membuat konseling kecil-kecilan untuk Amir. Aku sebagai konselor, Dhanu sebagai observer dan Amir sebagai konselee. Semua ilmu yang didapatkan pada mata kuliah dasar-dasar konseling dan dasar-dasar intervensi diterapkan di sini. Amir dengan antusiasnya mengikuti konseling kecil-kecilan ini. Aku mulai bertanya mengapa engkau begini, mengapa engkau berubah #eh. Amir menjawab dengan ragu-ragu "eee anu eee begini..." dst. Setelah melihat beberapa gejala yang ada pada Amir, ternyata Amir tidak bisa fokus terhadap sesuatu, skala prioritasnya yang terbalik-balik, hingga pada inisiatif yang berlebihan.
Hingga pada saat itu saya dan Dhanu berjanji untuk menjaga dan membuat Amir berubah menjadi Amirul Haq yang rajin, penuh karismatik dan terbebas dari penindasan :)
Bersambung...
Cerita selanjutnya
0 komentar:
Posting Komentar